Meninggalkan kampung halaman sebagai sebuah aktifitas kehidupan adalah proses merangkai cerita-cerita dan mengoleksi patahan-patahan pengalaman yang tersiar di banyak tempat. Ada banyak tuntutan untuk meninggalkan tanah kelahiran untuk menemukan percik pengalaman dan pengetahuan baru, dampak dari menjauhi kampong halaman tersebut tidak sedikit dan tidak kecil. Menyebrang ke halaman tetangga adalah proses membangun komunikasi, mengumpulkan informasi dan membuat visi perubahan untuk kampung halaman.

Apapun alasan perantauan, bisa dipastikan bahwa semua anak rantau akan mengalami akulturasi budaya, dimana tabiat hidup di rumah akan berhadapan dengan tabiat hidup masyarakat pada sistem kultur lainnya. Dalam proses akulturasi tersebutlah budaya-budaya baru melekat dalam benak para perantau dan terwujud pada perubahan pola perilaku, atau biasanya lifestyle, pola piker dan sopan santun, termasuk kecakapan dalam berkomunikasi.

Perantau adalah setiap orang yang merindukan hidup di kampung halamannya, bersosialisasi dengan masyarakat baru dengan usaha untuk mengenali kebudayaan baru dan memperkenalkan kebudayaan mereka. Dalam segi jumlah, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang meninggalkan kampong halaman untuk mencari kehidupan di daerah lain, baik itu mencari kehidupan materi, mencari pengetahuan, mencari pengalaman, termasuk mencari jodoh pada satu sisi.

Potongan-potongan pengalaman tersebutlah yang kemudian coba dibagi, dengan asumsi bahwa segala pengalaman di tanah rantau mengandung nilai budaya dan pengetahuan yang selayaknya dibagi sehingga penyebaran dan pengenalan karakter para perantau dapat semakin diidentifikasi.

Alasan mengangkat tema perantau ini tidak lain karena terdapat sebuah kisah-kisah atau pengalaman dimana budaya yang dianut kemudian diperhadapkan dengan kebudayaan yang baru dan berbeda, hal ini akan menunjukkan keberagaman karakteristik kebudayaan yang terdapat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Di sudut lain, pesta anak rantau ini juga menjadi momen romantika kampong halaman, dimana para perantau akan menampilkan kampong halamannya kemudian mengisahkan pertarungan dirinya secara kultural di tanah rantau.